Trending

Aneh! 5 Penemuan Sains Gila Paling Gak Berguna

×

Aneh! 5 Penemuan Sains Gila Paling Gak Berguna

Sebarkan artikel ini

5 penemuan sains gila yang aneh dan tidak berguna! Temukan penelitian sains terunik dan paling absurd yang pernah ada. Fakta sains menggelitik untuk generasi milenial Indonesia!

Sains memang udah ngasih banyak kontribusi luar biasa buat peradaban manusia – mulai dari smartphone yang lo pake baca artikel ini, sampai vaksin yang nyelametin jutaan nyawa. Tapi ternyata, ga semua penelitian sains berujung pada breakthrough yang mengubah dunia.

Ada beberapa penemuan yang bikin kita mikir, “Serius nih para ilmuwan ngabisin waktu dan budget buat ini?” Dari penelitian tentang kenapa kita ga bisa menggelitik diri sendiri sampai studi mendalam tentang suara kentut – dunia sains ternyata punya sisi absurd yang menggelitik!

Nah, kali ini kita bakal ngobrolin 5 penemuan sains paling aneh dan ga berguna yang pernah ada. Siap-siap ketawa sambil geleng-geleng kepala!

Penelitian Sains Tentang Mengapa Kita Ga Bisa Menggelitik Diri Sendiri

Para scientist di University College London bener-bener serius ngabisin waktu bertahun-tahun buat ngerti kenapa lo ga bisa menggelitik diri sendiri. Mereka pake fMRI scan, electrodes, dan berbagai alat canggih cuma buat jawab pertanyaan yang bahkan balita juga udah tau jawabannya.

Ternyata, cerebellum (bagian otak yang ngatur gerakan) udah “tahu” kalau lo bakal menggelitik diri sendiri, jadi dia ngirim sinyal ke cortex buat “cancel” sensasi gelitik tersebut. Basically, otak lo terlalu smart sampai-sampai ngerusak fun lo sendiri.

Yang lebih aneh lagi, mereka bikin robot khusus buat menggelitik manusia dengan berbagai intensitas dan pattern. Bayangkan aja, ada lab somewhere di London yang isinya orang-orang lagi digelitik robot demi kemajuan sains. Absurd level: maximum!

Praktis ga sih hasil penelitian ini? Well, selain buat satisfy curiosity dan mungkin jadi bahan obrolan awkward di dinner party, kayaknya ga ada aplikasi praktis yang significant. But hey, at least sekarang kita tahu kenapa self-tickling is impossible!

Studi Mendalam Sains Akustik Kentut Berbagai Hewan

Believe it or not, ada tim researcher yang dedicated banget ngerecord dan menganalisis suara kentut berbagai jenis hewan. Dari gajah yang kentutnya bass banget, sampai hamster yang kentutnya kayak squeaky toy – semuanya didata dengan scientific precision.

Dr. Dani Rabaiotti bahkan nulis buku khusus tentang topik ini yang judulnya “Does It Fart?” Dia literally jadi expert dunia dalam bidang flatulence zoology. Career path yang unik banget, right?

Yang paling mengejutkan dari penelitian sains ini adalah fakta bahwa beberapa hewan kayak sloth dan bird ternyata ga bisa kentut sama sekali. Meanwhile, termites contribute significantly ke methane emission global through their collective farting. Who would’ve thought?

Aplikasi praktis? Maybe buat educational purposes atau trivia nights, tapi beyond that… well, it’s just interesting useless knowledge yang bisa lo pake buat impress (atau disturb) temen-temen.

Eksperimen Sains Apakah Ayam Lebih Suka Musik Klasik atau Pop

University of Leicester ngelakuin research serius buat ngetahuin preferensi musik ayam. Mereka mainin berbagai genre musik ke ayam-ayam dan observe behavior changes. Classical music apparently bikin ayam lebih calm dan productive dalam bertelur.

Tapi plot twist-nya, ayam ternyata lebih responsive ke lagu-lagu yang punya tempo mirip dengan heartbeat mereka. Jadi basically, ayam punya taste musik yang sophisticated dan preference yang specific. Siapa sangka?

Para peneliti bahkan bikin playlist khusus “Chicken Hits” yang supposedly optimal buat chicken welfare. Imagine Spotify tapi buat ayam – “Discover Weekly: Barnyard Edition.” Sains memang kadang takes us to the most unexpected territories.

Practical application? Maybe buat peternakan yang mau optimize egg production through music therapy. But honestly, most chicken farmers probably have more pressing concerns than their chickens’ musical preferences.

Riset Sains Berapa Lama Waktu Optimal Buat Celup Oreo

Scientists di Utah State University literally ngelakuin controlled experiment buat nentuin durasi optimal celup Oreo ke susu. Mereka pake stopwatch, measure absorption rate, dan analyze texture changes dengan scientific methodology yang proper.

Hasilnya? 3 detik adalah waktu optimal – cukup buat cookie jadi soft tapi ga sampai crumble dan jatuh ke susu. Informasi yang life-changing banget, right? Probably not, tapi at least sekarang ada scientific backing buat Oreo-dunking technique lo.

Yang lebih gila, penelitian ini actually got published di academic journal dan cited di berbagai paper lain. Imagine writing your thesis dan harus cite paper tentang Oreo dunking sebagai reference. Academic world is wild!

Realistically speaking, ini probably just fun research yang dilakukan students buat practice scientific methodology. But still, the fact that someone got funding dan academic recognition buat ini adalah testament to how diverse sains bisa jadi.

Penelitian Sains Mengapa Toast Selalu Jatuh dengan Sisi Selai di Bawah

Murphy’s Law meets physics dalam penelitian ini! Para physicist di Aston University bener-bener nge-drop ribuan pieces of toast dari berbagai ketinggian buat verify apakah emang bener toast always lands butter-side down.

Ternyata, ada scientific explanation yang legit! Height of typical table (around 76 cm) combined dengan rotational speed of falling toast creates perfect condition buat toast jatuh dengan butter side down. It’s not just bad luck – it’s physics!

Mereka bahkan calculate optimal table height yang bakal bikin toast jatuh butter-side up (around 3 meters). So technically, kalau lo makan di meja yang tinggi banget, toast lo bakal safe dari Murphy’s Law. Practical? Debatable.

This research actually spawned multiple follow-up studies tentang “buttered toast phenomenon” dan even won Ig Nobel Prize – award buat research yang “first makes people laugh, then makes them think.” At least ada recognition buat usaha yang absurd ini!

Bonus: Studi Sains Kepribadian Berdasarkan Cara Makan Pizza

Last but not least, ada psychologist yang develop personality test berdasarkan cara orang makan pizza. Straight from the tip? Lo organized dan goal-oriented. Crust first? Lo unconventional dan creative. Fold it? Lo practical dan efficient.

Scientific validity? Questionable banget. Fun factor? Definitely high! Ini probably more entertainment daripada actual sains, tapi fact bahwa ada orang yang seriously study correlation between pizza-eating habits dan personality traits is fascinating.

Nah, itulah 5 penemuan sains paling aneh dan ga berguna yang pernah ada. Meskipun praktically useless, research-research ini remind kita bahwa scientific curiosity bisa lead ke anywhere – even the most absurd places.

Maybe that’s the beauty of sains – tidak semua harus practical atau world-changing. Sometimes, answering weird questions just because we can adalah bagian dari human nature yang perlu diapresiasi. After all, today’s useless knowledge might become tomorrow’s breakthrough – who knows?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *